Fenomena komuting dari satu kota ke kota lain untuk bekerja merupakan kegiatan normal bagi
banyak masyarakat, salah satunya berada di Rangkasbitung. Rangkasbitung merupakan ibu
kota dari Kabupaten Lebak yang memiliki posisi yang strategis yang dihubungkan oleh
transportasi berbasis rel, yaitu diantara Ibu Kota Provinsi (Serang) dan Ibu Kota Negara
(Jakarta). Rangkasbitung sangat berperan penting sebagai kota penyangga terhadap kota
utamanya (Jakarta dan Serang) karena merupakan memiliki titik simpul pergerakan utama
transportasi, khususnya transportasi berbasis rel yang melayani Antar Kota Antar Provinsi
(AKAP). Meskipun pelayanannya belum maksimal, tetapi kawasan sekitarnya terus
berkembang dan banyak terjadi perubahan lahan di sekitarnya. Terlihat dari pertama kali KRL
beroperasi banyak dari penduduk Rangkasbitung yang bekerja dan tinggal di Jabodetabek,
memilih untuk melakukan komuting dan tinggal di sekitar Stasiun Rangkasbitung. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang pengaruh komuter terhadap pertumbuhan
kawasan di sekitar Stasiun Rangkasbitung. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik
analisis menggunakan regresi linier berganda untuk mengetahui tentang pengaruh komuter
terhadap pertumbuhan kawasan di sekitar Stasiun Rangkasbitung, analisis citra satelit untuk
mengetahui arah pertumbuhan kawasan sekitar Stasiun Rangkasbitung, dan analisis deskriptif
untuk menginterpretasikan hasil analisis regresi dan citra satelit untuk mengetahui
kecenderungan arah pertumbuhan kawasan yang terdampak fenomena komuter. Hasil analisis
citra satelite menunjukan bahwa terdapat perubahan lahan yang signifikan dari tahun 2009,
2017, dan 2022. Dan hasil interpretasi menunjukkan bahwa kecenderungan arah pertumbuhan
kawasan dimulai dari titik-titik simpul transportasi dan menyebar ke pinggiran kota. Kemudian
dilakukan analisis regresi linier berganda pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh sebesar 75,9% komuter terhadap pertumbuhan kawasan sekitar Stasiun
Rangkasbitung. Dari hasil penelitian tersebut, muncullah rekomendasi-rekomendasi bagi para
pemangku kepentingan serta penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan kawasan dengan
menambah titik simpul transportasi baru agar mengurai kepadatan dan meratakan
perkembangan kawasan.